Senin, 24 Agustus 2009

Semua demi Jaipong













Foto : Dok Pribadi - By Sudiarto

Sumber berita : http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=93863


MEDIO Februari 2009 lalu, kuping sejumlah seniman dan budayawan di Jawa Barat, khususnya Kota Bandung, dibuat panas. Mereka meradang dengan tersiarnya kabar Gubernur Jawa Barat H. Heryawan mengeluarkan larangan terhadap seni ibing jaipong karena adanya unsur "3G" (goyang, geol, dan gitek) ditampilkan di Jawa Barat.

Amarah seniman dan budayawan sedikit mereda dengan diadakannya pertemuan antara Gubernur Jabar H. Ahmad Heryawan, Ketua DPRD Jabar H.A.M. Ruslan, serta sejumlah tokoh seni dan budayawan Jabar. Namun, kemarahan kembali menyeruak ketika Presiden Partai Keadilan Sejahtera, Tifatul Sembiring, mengeluarkan pernyataan yang menyebut sejarah jaipong berawal dari tempat-tempat maksiat dan jaipong adalah tarian erotis.

"Bercermin dari kasus jaipongan tersebut, kami merasa punya tanggung jawab meluruskan hal-hal yang keliru. Dengan adanya pernyataan seperti itu, setidaknya citra jaipongan di masyarakat menjadi kurang baik, padahal sebenarnya tidak demikian," ujar Mas Nanu Muda, S.Sen., M.Hum., salah seorang akademisi yang juga praktisi seni tari tradisi.

Dengan alasan itu pula, dipandang perlu adanya sebuah wadah dalam bentuk Komunitas Peduli Jaipong Jawa Barat (KPJJB). Menurut Mas Nanu, yang menjadi salah satu bidan bagi lahirnya KPJJB, pembentukan wadah tersebut merupakan bentuk kepedulian sejumlah seniman dan budayawan Sunda, tidak hanya terhadap seni ibing jaipongan dan tari secara umum, tetapi juga terhadap kondisi kesenian dan seniman Sunda (tradisi) secara keseluruhan saat ini.


"Memang KPJJB awalnya dibentuk sebagai bukti seni ibing jaipong masih eksis dan diterima masyarakat luas. Akan tetapi, di jajaran pengurus melihat kondisi seni dan budaya serta seniman dan budayawannya tidak ubahnya seperti anak ayam kehilangan induknya. Mereka diakui keberadaannya, tetapi tak ada yang peduli," ujar Mas Nanu.

Dalam usianya yang masih seumur jagung, KPJJB berkembang pesat. Tak hanya seniman dan budayawan Sunda, penari dan penyuka seni Sunda turut tergabung di dalamnya. Secara rutin mereka mengikuti kegiatan latihan bersama, diskusi, dan workshop.

Kegiatan workshop diselenggarakan di sejumlah sanggar seni, seperti di Kab. Purwakarta, Kota dan Kab. Bogor, Kota Cimahi dan Kab. Bandung Barat. Kegiatannya melibatkan seniman tari, musik (nayaga), pelukis, dan pemerhati dari berbagai akademisi. Demikian pula dengan diskusi yang digelar di Aula Redaksi Koran Sunda Galura, akhir bulan lalu yang disambung dengan Festival Tandang Ibing Jaipong bertempat di Teater Tertutup Taman Budaya Jawa Barat. "Meski uang penyelenggaraan hasil patungan para koreografer dan uang hasil pendaftaran, penyelenggaraan yang diikuti 260 peserta dapat berjalan lancar," ujar Mas Nanu.

Berdasarkan kesepakatan para pendiri KPJJB, menurut Mas Nanu, ditegaskan KPJJB ke depan akan menjadi sebuah komunitas independen yang peduli terhadap seni, khususnya seni tradisi dan para pelakunya. Namun, karena KPJJB juga beranggotakan para praktisi dan akademisi, serta masyarakat penyuka seni budaya, dalam setiap pertemuan, permasalahan budaya menjadi bahan pembicaraan. "Bahkan, kebijakan-kebijakan berikut kegiatan pemerintah yang berkenaan dengan seni budaya tak luput jadi bahan telaahan kami," ujar Sudrajat pemilik Sanggar Seni Fitria, Kota Cimahi, menambahkan.

Dikatakan Sudrajat, KPJJB lahir sebagai jawaban atas kegusaran dan bentuk keprihatinan sejumlah pelaku seni, khususnya tradisi terhadap kurangnya perhatian dan apresiasi terhadap warisan seni budaya bangsa. "Alih-alih memberikan perhatian yang terjadi, justru hanya memunculkan jargon-jargon," ujar pria yang akrab dipanggil Apih Ajat ini.

Menurut Apih Ajat, hingga saat ini masih timbul perdebatan antara kebudayaan, seni tradisi, dan agama. Kalangan seniman dan budayawan memiliki pandangan tersendiri tentang seni budaya. Mereka menganggapnya sebagai warisan leluhur yang harus dijaga dan dilestarikan. Sementara itu, kaum ulama juga punya pandangan tersendiri mengenai seni budaya.

Ia mencontohkan kasus jaipongan yang diadopsi Gugum Gumbira dari seni bajidoran dan dombret. Di satu sisi, terjadi proses adopsi dan penerimaan terhadap seni yang kemudian digandrungi masyarakat. Namun di sisi lain, sejumlah ulama memandang dari sisi agama, menganggap tarian tersebut kurang pantas karena terlalu menonjolkan unsur erotisme.

"Mungkin di sinilah posisi KPJJB. Kami akan berupaya memberikan pengertian, bukan menciptakan konflik dan membuat masalah baru," ujar Apih Ajat.

Sementara Gondo Gandamana lebih menginginkan kehadiran KPJJB sebagai komunitas independen yang menitikberatkan pada upaya-upaya pelestarian dan perhatian pada nasib dan kondisi para pelakunya (seniman). "Kita harus belajar banyak dari Yogya, Solo, dan Bali, bahkan sejumlah daerah di Kalimantan dan Sumatra. Di sana komunitas bersama pemerintah setempat bahu membahu melakukan upaya pelestarian terhadap seni budaya dan mengayomi senimannya," ujar Gondo yang lebih dikenal dengan sapaan Gondo Soulmate.

Untuk menjaring aspirasi dan mengakomodasi keinginan dari para seniman, budayawan, maupun masyarakat pencinta seni tradisi, di sejumlah daerah kota dan kabupaten dibuka sekretariat KPJJB. Di Kota Bandung, sekretariat terdapat di Padepokan Sekar Panggung (Ujungberung) dan Sanggar Rumingkang, Sanggar Fitria, Rengganis.

Sekretariat lainnya ada di Sanggar Dangiang (Kota Cimahi), Padepokan Kalang Kamuning dan Sanggar Surya Medal (Kab. Bandung Barat), Sanggar Arum (Kota Bogor), Sanggar Purna Yuda (Kab. Purwakarta), Sanggar Prameswari (Kab. Sukabumi) dan disejumlah kota serta kabupaten di Jawa Barat lainnya. (Retno HY/"PR")***
---

Foto bersama sang pencipta JAIPONG Drs. Gugum Gumbira Tirasonjaya pendiri padepokan JUGALA... Kamis malam tanggal 20 Agustus 2009


Kamis, 20 Agustus 2009

Marhaban ya Ramadhan….

Keluarga Besar Sanggar Fitria mengucapkan :

Taqqobalahu Minna Waminkum, Taqoballahu Ya Karim,

Marhaban ya Ramadhan….

Selamat menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan 1430 H


Meraih kasih menata cinta,
beralaskan ikhlas bernaung iman,
semasa hayat bersimbah khilaf,
berharap diri di basuh maaf.

Mohon ma-af lahir dan bathin untuk segala kesalahan dan kekhilafan.

Semoga dengan puasa mempertemukan kita dengan Keagungan Lailatul Qadar dan kita semua menjadi pilihan-Nya untuk dikabulkan do'a - do'a dan kembali menjadi fitrah. Amin


Rabu, 19 Agustus 2009

Album Event Lawung Motekar 9 Koreografer

Lawung Motekar 9 Koreografer Jaipong Jawa Barat 2009,
Bandung 15 Agustus 2009
Taman Budaya Jawa Barat (Dago Tea House)
JAIPONGAN, NGAWIHAN, NGIGELAN, NGIGELKEUN JAMAN

Pertunjukkan :











1. Rumingkang
Lagu : Ronggeng Nyentrik

Pola Ibing : Tandang Rumingkang

Penari :

- Aulia Permatasari
- Elsa Khoerunnisa

- Nurul Fitri Anggraeni
- Shenie Indriani
- Febi Laniarti Rizki
Koreografer : Buyung Rumi
ngkang
Sinopsis :
Tarian Tandang Rumingkang menggambarkan para penari yang berkreasi dimana dalam tarian ini memadukan tradisi dengan tari modern sehingga gerak tari ini menjadi dinamis, variatif, enerjik dan kontemporer.
Tari Tandang Rumingkang dipertunjukkan dalam bentuk tarian rampak dan dibawakan oleh lima orang penari cantik.

2. Rengganis

Lagu : Katumbiri
Pola Ibing : Ringkang Layung

Penari :
- Tasya Amelia Puspasari, Yolanda Tiara Susilawati, Sala Sabila, Rosita Indriani,
- Farah Di Bagantina, Mega Mesa, Angelina Pitriani, Amalia Dwi Agustina
- Diana Fitria

Koreografer : Dewi Rengganis

Sinopsis :
Tarian Katumbiri ini menggambarkan keceriaan anak-anak menyambut datangnya Pelangi.

3. Surya Medal

Lagu : Leungiteun
Pola Ibing : Katandang

Penari :
- Dini, Chatresna, Tresna, Ayu
, Reza, Mariam, Silvy, Sri, Febi, Asti

Koreografer : Syeh Yayan

Sinopsis :
Tarian ini mengungkapkan kesedihan, keprihatinan terhadap rusaknya hutan dan habitatnya akibat ulah manusia yang tidak bertanggungjawab. Yang masih tersisa hanyalah kenangan atau kerinduan akan masa lalu yang sejuk dan rimbun. Padahal jagat ini adalah sebuah titipan yang harus dijaga dan dipelihara untuk kehidupan di masa depan. Yang ada hanyalah harapan yang tak berujung.

4. Sekar Panggung

Lagu : Waledan
Pola Ibing : Waledan
Penari :
- Asti Puspita Ningrum

Koreografer : Awan Metro
Sinopsis :
Merupakan pertunjukan kesenian kuningan/ jaipongan gaya kaleran/ dermayon dengan suasana ceria dan semangat pada pertunjukkan ketuk tilu/ kuningan jaipongan. Setiap tarian atau menari identik dengan nama lagunya. Sajian tarian Waledan ini merupakan perpaduan dari gerak-gerik meruncing atau silat, topeng Cirebonan. Goyangan ronggeng terpatri lewat suasana ceria atau gembira dan semangat keper-igelan ronggeng.

5. Sanggar Fitria

Lagu : Gorompol Sari
Pola Ibing : Ning Kujang Tandak
Penari :
- Fitri Kurniati, Santi Lastriningsih, Wini Pertiwi, Kumala Dewi, Novita Astari, Mega Camelia, Dwi Suci, Eliesha Dilla Fricilia, Risna Rodiana, Ineu Sintia Carolin




Koreografer : Apih Ajat
Sinopsis :
- Ning adalah hening dalam arti lain bergerak atau bergemuruh
- Kujang adalah nama lain dari peso petok atau pisau
- Tandak yaitu gerak atau igel
- Tarian ini merupakan paduan gerak-gerak yang terjalin dalam pencak silat dengan senjata kujang yang diusung terparti dalam suasana semangat dan ceria.

6. Padepokan Kalang Kamuning

Lagu : Supring Argo
Pola Ibing : Ronggeng Tantu Kawisaya
Penari :
- Movi Sustiani, Tresna Herdianti, Reviana Noviandari, Yesi Ima Lukitasari, Dina Regita, Kiki Komala Aprilianti

Koreografer : Kalang Kamuning

Sinopsis :
- Nama lain dari tarian ini adalah Ronggeng Tujuh Kalasirna yang diambil dari cerita Pantun Bogor. Ronggeng turun ka pakalangan diutus oleh Ambu dari khayangan untuk menyamar menjadi penari (ronggeng) dengan tugas menyakiti laki-laki yang suka menyan=kiti perempuan. Tarian ini mengungkapkan ronggeng yang sedang menghibur penggemar, menggoda yang diusung terjalin dalam suasana hangat, semangat, ceria serta terjalin gerak pencak silat dan mincid.

7.Sanggar Seni Pura Yudha Purwakarta

Lagu : Maung Lugay
Pola Ibing : Ringkang Wanoja
Penari :
- Thania Ilmi Nur Aisyah, Ramadina Nuki Raspati, Adinda Hirfa Asoana, Amanda Ajeng Nendamia, Rizki Mayang Sari, Tania Okta Priani, Dian Maris Rahmah, Cindy Windyawati, Anisa Dzikri, Linda Sukmawati, Herlin Sepdiani, Asri Nurifayani

Koreografer : Anita Benyamin

Sinopsis :
Menggambarkan tentang keberanian para wanita tatar Sunda ketika menghadapi para musuhnya yang akan merebut lemah cai (tanah kelahirannya).

8.Padepokan Putra Sunda

Lagu : Makalangan
Pola Ibing : Bentang Kalang
Penari :
- Vondari Agustiana, Yati Mulyati, Nining Pebrianti, Ida Rosmiati, Tika Kartika, Tesya Alvionita, Reggi Juliana Nandita

Koreografer :
Vondari Agustiana
Sinopsis :
Menggambarkan tentang para wanita yang gagah berani dan ingin maju ke pakalangan (medan pertempuran).

9.Sanggar Seni Mayang Arum

Judul garapan : Tari Niku
Penata musik : Iki Boleng
Kreatif : Korun
Penari :
-Zeliet Modista, Delia Ajeng Nur Sakinah, Muktie Muhimatul Istianah, Depi Deliyana

Koreografer : Mpap Gondo

Sinopsis :
Niku adalah kitrata (kira-kira tapi nyata) dari nini-nini (nenek-nenek) kuat, agak nyeleneh. Inilah sisi lain dari sebuah hasil eksplorasi kreatif dan adaptif dalam bentuk tarian anak-anak. Penekanannya terhadap kepolosan, keingintahuan, dan perspektif lain tentang anak. Ringan dan mengalir dengan bahasa gerak yang lugas dan lucu. Niku, nini-nini kuat atau kuat karena nini.


10. Ronggeng Mamarung

Penata musik dan Koreografer : Kolaborasi Sembilan Koreografer Jaipong

Penari :
-Alma Nur Pangesti, Astri Devina Indriani, Eliesha Dilla Fricilia, Catresna Sintya Dewi, Fitria Kurniati, Novi Sustiani, Mariam, Pramudita, Tresna Herdianti



Sinopsis :
Kolaborasi tarian ini paduannya terpatri melalui ungkapan penari yang disebut Ronggeng, dengan suasana semangat, ceria, gembira, penuh keakraban, serta jalinan gerak tenang, dan dipadu dengan gerakan erotis, humoristis, demonstratif mewarnai garapan tarian ini.